KOOLOM

Stay informed and read latest news from Koo

HomeKoolom

Formula Jatuh Cinta | Chapter 1 : Nembak

16 Juni 2021

Formula Jatuh Cinta | Chapter 1 : Nembak

"Gue gak mau pacaran," ucap Mulan tegas, tidak lupa kedua tangannya dilipat di depan dada. Rasa kesalnya dia tahan melalui kepalan tangan yang disembunyikan.

 

"Lo kenapa sih? Enggak usah ngerasa paling cantik deh! Gue udah nembak lo aja itu udah bagus. Malah ditolak," gerutu lawan bicaranya. Laki-laki dari prodi lain yang sudah mendapat gelar 'orang kelima yang sudah menembaknya hari ini.'

 

Gadis dengan rambut sebahu itu menghela napas. Harusnya dia beruntung karena ada yang menyatakan perasaan padanya.

 

Ya. Itu seharusnya.

 

Namun, laki-laki di hadapannya ini tidak serius. Bahkan keempat orang sebelumnya pun sama saja. Memang benar dia selalu menolak setiap laki-laki dan penolakannya dijadikan ajang kompetisi. Menyebalkan. Sangat menyebalkan. Para laki-laki dari prodi dan fakultas lain tidak akan berhenti sampai Mulan mengatakan 'ya' pada laki-laki yang menembaknya.

 

Mulan Akalina, makhluk langka di prodi Mekatronika. Ya, fakultas teknik selalu minim akan perempuan. Terkecuali untuk beberapa prodi seperti memasak. Namun, Mulan adalah perempuan yang harus dijaga baik-baik, karena faktanya program studi yang dia ambil hanya memiliki empat perempuan. Sangat sedikit untuk satu kelas. Tentu persaingannya pun lebih berat, karena dalam teknik, laki-laki lebih diuntungkan.

 

Sampai di mana tadi? Ah ya, laki-laki yang menembaknya. Untuk sekian kalinya ini memuakkan. Dia tidak mengerti bagaimana bisa dirinya mendapat pernyataan cinta beruntun dari orang yang bahkan tidak Mulan kenal sama sekali. Mereka dengan mudahnya mengaku-ngaku sebagai penggemarnya selama ini. Demi langit dan bumi! Itu tidak mungkin sekali. Mulan belum memiliki prestasi apa pun, kecuali menolak seorang laki-laki dihitung.

 

Dia tidak pernah menolak seseorang tanpa alasan jelas. Sejauh ini dia memiliki jawaban serupa. Dia menjunjung tinggi idealismenya. Tidak ingin berpacaran karena Mulan yakin, hubungan itu akan merusak fokusnya pada bidang akademik. Tentu Mulan tidak ingin.

 

Jadi harap catat itu! Mulan tidak ingin berpacaran dengan siapa pun itu.

 

Mau laki-laki itu tampan, pintar atau populer, Mulan enggan berkata 'ya'. Dia hanya ingin fokus menuntut ilmu. Harusnya dia bangga karena sehari saja, minimal tiga laki-laki mencoba untuk mendekatinya. Mengatakan cinta dengan mudahnya.

 

"Lo jual mahal banget. Perlu berapa cowok nembak baru Lo terima sih?!" geram laki-laki itu dan Mulan tetap diam.

 

Dia tidak ingin membuat masalah lebih dari ini. Bahkan beberapa orang sudah menyaksikan kegiatannya. Seolah ini adalah acara pelepas penat dari tenggat tugas yang membuat pusing mahasiswa teknik. Beberapa sudah melihat seolah menebak ini akan terjadi. Mulan tidak suka dengan ini.

 

"Gue enggak seburuk yang lo pikir. Gue cuma enggak mau pacaran. Baik sama lo atau yang lain. Mau seberapa gigih, gue gak mau." Mulan berucap tegas, dan seperti itu yang selalu orang-orang lihat darinya. Gadis menyebalkan dan punya mulut dengan penuh cabai.


;1-Nembak


"Lo seneng kan ke jurusan teknik, digilain cowok sampe kayak gini. Dah, gue yakin sama yang ada di pikiran gue," jelas laki-laki yang menyebalkan itu.

 

"Gue rasa enggak ada yang perlu dibahas lagi," jawab Mulan, anggaplah dia ingin melarikan diri. Karena itu memang akan dirinya lakukan. "Gue ada kelas."

 

"GUE, LIEVA, BAKAL BIKIN LO JATUH CINTA, CAMKAN ITU BAIK-BAIK!" Mulan menutup wajahnya. Malu dan kesal. Dia buru-buru melangkahkan kakinya secepat mungkin.

 

Lieva, nama laki-laki itu, Mulan tahu dia tidak perlu memedulikannya. Akan tetapi, entah kenapa ancamannya membuat dia cemas. Tidak. Tidak. Laki-laki itu tidak akan berani melakukan sesuatu padanya.

 

Semoga saja. Dia harap Lieva benar-benar tidak melakukan apa pun. Ah, jika pun macam-macam, Mulan harusnya lebih tenang. Dia menguasai silat sedikit untuk perlindungan diri. Namun, Mulan tetaplah seorang perempuan. Dia tetap harus berhati-hati.

 

"Lan, cowok yang kelima enggak mudah nyerah ya," ucap seseorang yang entah bagaimana sudah muncul di sampingnya.

 

Mulan menatap tajam pada orang yang ada di sampingnya, lalu bernapas lega. Dirinya mengira jika orang yang hadir kali ini adalah cowok aneh lain. Ternyata tidak.

 

Mulan lalu mengembuskan napas, dia melihat ke arah temannya, "Gue enggak ngerti lagi, Theo. Gue gak cantik, enggak pinter, gue juga gak populer. Kenapa orang-orang malah nargetin gue?"

 

"Mereka kayak gini sejak masuk semester 3, kan? Kayaknya lo pernah bikin perasaan orang tersinggung deh dengan penolakan lo," jelas Theo yang sibuk merapikan rambutnya.

 

"Gue selalu nolak dengan halus. Tapi lo bener. Mungkin ada yang sakit hati sama cara gue nolak dan ini imbasnya," balas Mulan lirih, "tapi mau sampe kapan kayak gini terus?"

 

"Sampai lo nyerah dan pacaran sama satu dari mereka. Enggak ada cara lain lagi." Theo benar, sesuai dengan pikiran Mulan. Namun, gadis berambut pendek dengan mata yang agak sipit itu tidak mau. Pacaran itu mengganggu.

 

"Lo aja yang pacaran sama gue, Theo. Jadi mereka juga enggak bakal nembak gue lagi."

 

"Apa? Enggak! Gue masih sayang sama nyawa. Gue takut Master Luo keburu bantai gue sebelum resmi jadian sama lo. Belum lagi Cakar Naga, lo tau sendiri peraturan kelas kita kayak gimana," papar Theo panjang kali lebar.

 

"Iya, iya, gue tau. Cuma kelas doang yang gak ngajak cewek kelas pacaran. Terus gue harus gimana?!"

 

Theo dan Mulan sama-sama mengembuskan napasnya. Mereka lalu berhenti di depan loker masing-masing. Mulan agak malas membuka, dia yakin akan ada orang yang menyimpan surat cinta melalui ventilasi pada lokernya. Kapan-kapan dia akan menutupnya.

 

"Gimana kalau lo pura-pura pacaran sama prodi atau fakultas lain? Jelas-jelas di kelas kita enggak boleh pacaran," usul Theo.

 

"Gue enggak mau, Theo. Kalau mau pura-pura, gue cuma mau sama lo. Karena cuma lo yang bisa gue dan papa percaya." Balasan Mulan membuat laki-laki itu tersenyum, tetapi tidak lama. Mulan tahu, sahabatnya terikat dengan Cakar Naga.

 

Theo menarik napasnya. "Kenapa lo gak pacaran sama anggota perguruan aja, Lan. Kan ada beberapa yang masih muda dan umurnya gak beda jauh sama lo."

 

Mulan tiba-tiba menarik kedua ujung bibirnya. "Saran bagus. Gue bakal pergi ke perguruan hari ini. Semoga ada cowok yang bisa diajak kerja sama!"

 

Ya, Mulan sangat tidak sabar untuk menunggu mata kuliah hari ini berakhir. Setidaknya masih ada empat jam lagi untuk bertahan dari neraka kampusnya. Sedangkan Theo hanya menggelengkan kepala, lalu mengembuskan napasnya.

 

Setelah menutup loker dan mengambil peralatan, Mulan segera berbalik. Namun, tiba-tiba dirinya bertabrakan dengan seorang laki-laki tinggi. Entahlah siapa namanya.

 

"Eh, sori, sori, gue gak sengaja," ujar Mulan yang lalu segera berjongkok dan merapikan peralatan prakteknya yang tercecer di lantai.

 

Laki-laki itu pun ikut berjongkok, membantu Mulan untuk membereskan peralatan prakteknya. "Lain kali hati-hati."

 

Mulan tidak sempat melihat wajah dari laki-laki itu, tetapi dia menyimak suara itu dengan jelas. Entah mengapa dia merasa hatinya lebih hangat.

 

"Makasih banyak, Bro!" teriak Mulan kencang, lalu dia segera menarik tangan Theo ke kelasnya.



Update setiap hari Rabu

You must Register or Login to post a comment