KOOLOM

Stay informed and read latest news from Koo

HomeKoolom

Darling Hot Secret | Chapter 1 : THAT SCANDALOUS NIGHT

14 Juni 2021

Darling Hot Secret | Chapter 1 : THAT SCANDALOUS NIGHT

Namanya Johanes Evalist Sudiro. Ayahnya yang keturunan Russia campuran Jawa, dan ibunya yang Batak sukses memproduksi anak emas seperti dia. TMNT. Bukan, dia bukan Kura-kura Ninja yang famous itu, tapi dia Tampan Mapan Necis Terawat. Begitulah singkatan yang tepat untuk mendeskripsikan seorang Johanes yang selalu tampil perfeksionis setiap hari.

 

Dirinya yang merupakan seorang CEO dari perusahaan top se-Indonesia, juga seorang pria baik hati tidak sombong yang rajin mengikuti kegiatan amal dan sosial. Diitambah dengan penampilan keren plus wajah tampannya membuat Jon (panggil saja begitu) dikenal sebagai “Darling”-nya Nasional. Benar-benar lelaki idaman.

 

Rutinitasnya yang selalu menyalakan mesin mobil di pagi hari menjadi pemandangan wajib dan 'menggairahkan' bagi ibu-ibu yang hendak berbelanja ke pasar dan para ABG yang hendak berangkat ke sekolah. Padahal ia masih mengenakan kaus v-neck warna putih polos dan celana selutut beserta sendal jepit merk Swallow. Karena orangnya bule banget dengan rambut pirang dan mata birunya yang khas, penampilan acakadut pun terlihat mempesona. Rahim hangat, mana rahim hangat?!

 

Tingginya sekitar 185 cm. Tubuhnya yang proposional terlihat jelas ketika ia memakai setelan jas kantornya yang slim fit. Parfum yang ia gunakan memiliki wangi yang khas sehingga membuat semua perempuan yang menciumnya jadi lupa diri. Daripada disebut Mr.CEO, dia lebih cocok jadi supermodel kayaknya.

 

Pria tampan itu mengendarainya mobilnya menuju gedung perkantoran yang lokasinya berada di Jalan S.Parman. Padahal masih pukul 7 kurang, namun ia sudah tiba di depan gedung kantornya.

 

"Selamat pagi, Pak Jon! Rajin sekali pak, ini kan masih pagi." sapa seorang petugas keamanan gedung tersebut dengan sedikit gurauan, disertai senyum ramah standarnya.

 

"Selamat pagi, pak. Iya, saya mau pulang lebih awal nanti, makanya datang pagi." balas Jon dengan senyum tipis di bibirnya.

 

Setelah parkir di basement, Jon mengarah ke elevator di basement itu dan menekan tombol panah atasnya. Ting. Segera ia masuk dan menekan tombol angka 15. Tiba-tiba ponsel Aiphone-nya bergetar menotifikasi adanya chat masuk. Tampak nama sang pengirim pesan bernama Hannah. Sesaat raut wajah Jo berubah jijik melihat namanya. Segera ia membuka pesan tersebut dan membacanya.

 


G'moning, J0nny BaBy,

Nanti jgn lupa ea jemput aQ di Central Park jam 7 eapH..

Mlm ni aQ mw ‘dinner’ di huMz Qmu, okey? Jan9an ngaret, bAby!! XoXo

 

 

"Jonny sape anjaayy?? Duh, why God, why??? I have no interest with this girl. Damn, kalo bukan karena dia anak direktur, tidak akan aku bermanis-manis di hadapannya" gerutunya sambil meninggalkan elevator menuju ruang kerjanya.

 

FYI, Savannah Alejandra Bachdim a.k.a Hannah adalah cewek sosialita yang terkenal akan ayahnya yang tajir mampus se-Indonesia. Perusahaannya menduduki peringkat ke 2 setelah Amerika Serikat dalam perdikat perusahaan makmur terbaik sedunia. Hannah memang cantik, ditambah dengan make-up dan perawatan yang super mahal, dipadu dengan barang-barang branded yang nomor wahid sejagad.

 

Namun, yang cantik belum tentu baik. Yeah, Hannah adalah tipe perempuan hedonis yang rajin ke diskotik dan menghamburkan banyak uang. Dia juga memiliki kontroversi dengan sejumlah artis papan atas. Jon tidak menyukai Hannah, karena selain perangainya yang buruk, Hannah juga… *whispering* “Alay”. Akhirnya, mau tidak mau ia membalas pesan Hannah.

 

Hey, Savannah.

 

Sorry yaah kurasa saya tidak dapat menjemput kamu. Saya masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan hari ini juga. Maybe next time?

 

Sent. Jon mengehempaskan dirinya ke sofa dekat meja kerjanya. Lelah. Padahal baru pukul 7 lewat 30 menit di pagi hari. Segera ia meraih teleponnya dan menghubungi Office Boy untuk membelikan bubur ayam dan membuatkan teh manis hangat.

 

Sambil menunggu pesanannya datang, Jon mengaktifkan AipelPC di meja kerjanya dan mengecek e-mail masuk. Tampak di layar monitor ada begitu banyak penawaran kerja sama dan kegiatan amal yang mengundang Jon untuk berpartisipasi. Segera ia mengambil buku catatan dan menuliskan beberapa agenda yang akan dia ikuti.

 



Tok..Tok..Tok.

"Ya, masuk".

Krieett.

.

.

Tampak seorang staff perempuan memasuki ruangan Jon sambil membawa nampan berisi semangkuk bubur ayam dan teh hangat pesanan Jon. "Morning, sayang… eh, maksudnya Pak Jon. Ah, Ini saya bawakan breakfast bapak." ujar perempuan itu dengan nada sedikit mendesah. Jon melihat penampilan staff tersebut dari ujung kaki hingga ujung kepala. Rambutnya yang terlihat effort habis dicatok, setelan blouse yang menunjukkan sedikit belahan dada dipadu dengan pencil skirt diatas lutut, dan sepatu heels warna nude. Tidak lengkap tanpa riasan tipis dengan lipstik merah menggoda ala penyanyi Tayler Suit yang membuat wajahnya terlihat cantik memikat. Perlahan ia berjalan mendekati perempuan tersebut yang mulai salah tingkah. Wajahnya begitu dekat, ditatapnya sepasang mata itu dalam-dalam.

 

"Oh my God! Ini Pak Jon kok deket banget di muka gue aaaa jantung gue mau copot! Aduh dia mau cium gue ya??" Batin perempuan itu sambil memejamkan matanya dan mulai memonyongkan bibir.

 

"Thanks".

 

Segera Jon mengambil nampan berisi sarapannya dan membawanya ke meja kerja. Staff yang semula bersikap genit itu kini berdiri kaku menatap Jon yang tengah lahap memakan bubur ayam bakal sarapannya. “Kamu masih disitu? Ada apa lagi?” ujar Jon dengan mulut penuh suapan bubur ayam, sambil menatap galak. “Ng… Nggak pak! Permisi!” segera si staff perempuan lari terbirit-birit keluar dari ruangan.

 





****

 

Jam menunjukan pukul 7 pagi. Sesosok manusia yang berbalutkan selimut bergambar beruang Windy the Fool mendadak bangun dari tidurnya yang mirip hibernasi. Segera ia melepas kaosnya dan celana dalamnya, lalu berlari menuju kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari tempat tidurnya.

 

Mandi Cowboy, begitu kata orang-orang untuk mendeskripsikan mandi yang caranya jebar-jebur air, gosok sedikit sabun ke badan, lalu cuci muka dan sikat gigi kilat. Tanpa mengeringkan tubuhnya, ia pun langsung menyambar seragam sekolah SMA-nya dan mengenakan kaos kaki dan sepatu hitamnya.

 

Diraihnya tas sekolah yang duduk manis di kursi dekat pintu kamarnya. Ia berlari tergesa-gesa dan membanting pintu rumahnya. “Telaaattt telaaaaatttt matilah gueeee” gerutunya sambil memanggil tukang ojek yang mangkal dekat komplek rumahnya.

 

Namanya Surriken Etan. Semua orang memanggilnya Ken. Nama yang aneh, memang. Ayahnya yang memberikan nama tersebut. Dia memiliki saudara kembar laki-laki bernama Kunnai Etan, dan kamu dapat memanggilnya Kun.

 

Keluarga Etan dikenal sebagai keluarga yang aneh, karena ayah Ken yang tergila-gila akan Ninja Jepang sampai mengoleksi berbagai jenis senjata mata-mata negeri sakura tersebut. Kun pun tergolong otaku berat, dan mendedikasikan hidupnya untuk main game, nonton anime, dan baca komik.

 

Ken memiliki hobi yang sungguh sangat ‘normal’ dibanding ayah dan kakak kembarnya. Mendengarkan musik. Setidaknya musik membuatnya merasa tetap semangat menjalani hari-hari nya yang semerawut sekalipun.

 

Ojek yang ia tumpangi hari ini disuruh ngebut supaya sampai di sekolah tepat waktu. Mengingat jam masuk sekolah yang begitu sensitif di hari Senin, mau tidak mau Ken harus secepat Ninja menyelip di antara teman-temannya dalam barisan upacara bendera.

 

“Hey, Miss ‘telat di hari Senin’.” Sapa Raymond, sahabat karib Ken di sekolah.

 

“Ya ampyooong si Miss ‘telat di hari Senin’ ini tumben looh telat 5 menit. Biasanya 15 menit” timbrung Barbara, satu lagi sahabat karib Ken.

 

Hello bicis. Rekor baru!” balas Ken sambil memakai topi upacara. Mereka mendadak diam seribu bahasa begitu menoleh ke belakang. Tampak Pak Bambang dengan tubuh tambun dan kumis lebatnya tengah berdiri di belakang barisan mereka bertiga, sepertinya beliau sedang bertugas sebagai guru patroli upacara, yang memantau anak-anak yang telat, atributnya tidak lengkap, dan gaduh selama upacara bendera berlangsung.

 

45 menit pun berlalu. Upacara bendera telah selesai.

 

****

 

Baby, can i stay at your place? Just for tonight, please??

 

Well... Alright. Tapi cuma malam ini aja, ya?”

 

Jon mengendarai mobilnya ditemani seorang perempuan di sebelahnya. Perempuan tersebut mengenakan mini dress super ketat berwarna merah marun dan high heels warna gold. Nampaknya perempuan tersebut tengah mabuk.

 

Jam menunjukan pukul 11 malam. Jon dan perempuan tersebut habis mengikuti jamuan makan malam bersama direktur perusahaan.

 

Tampak perempuan itu tertidur lelap dengan cantik. Jon segera membopong tubuh perempuan itu untuk masuk ke rumahnya. Tiba-tiba, perempuan tersebut menyambar bibir Jon dan melumatnya dengan kecupan panas yang menggairahkan.

 

“St... stop... Hannah! What the hell?!”

 

Why, Johanes?? I want you to be my boyfriend! Let’s be together!! Come oooonn~

 

Perempuan itu sepertinya mabuk berat, dan dia masih bergejolak dalam gendongan Jon. Dirinya yang sedang kerepotan karena menggendong wanita montok ini tergesa-gesa membuka pintu pagar rumahnya. Ia harus cepat sebelum tetangga yang lain tahu bahwa ia membawa seorang perempuan ke rumahnya.

 

Di komplek perumahan ini sebuah gosip dapat menyebar luas. Mulai dari kabar yang sebenarnya, sampai berubah menjadi kabar yang ditambahi bumbu-bumbu penyemangat cerita sehingga kebenarannya semakin menghilang. Sungguh, kekuatan gosip perkumpulan ghibah komplek lebih cepat dari teknologi 4,5G. Seorang Jon yang menjadi “Darling”-nya nasional ini tak ingin menghancurkan reputasi dan citra yang sudah dia bangun susah payah karena skandal bersama anak direktur perusahaannya.

 

Jon mulai oleng, membuat perempuan itu takut jatuh sehingga dia menarik kemeja Jon hingga kancingnya copot semua, dalam posisi tengah bersandar di pelukan Jon. Perempuan itu sudah dalam posisi berdiri menghadap Jon. Ia mulai menciumi bibir Jon, dan...

 


Prak.

 

Seseorang tengah berdiri tak jauh dari posisi mereka berdua. Seketika wajah Jon langsung pucat pasi melihat siapa yang ada di sebelahnya. Ken. Ken yang baru saja membeli telur di warung kaget melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Ia tak sengaja menjatuhkan telur-telur tersebut. Wajah Ken tak kalah pucat melihat kelakuan perempuan asing yang sedang bersama si Darling Nasional.




;visual-chapter-I


Darling, who’s this maggot?” tanyanya dengan ketus.

 

Segera Jon menahan malunya sambil menyeret Hannah ke dalam rumahnya. Ken pun segera berlari ke rumahnya dan membanting pintu. Kepalanya pusing, masih belum dapat memproses apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa ia harus melihat pemandangan seperti itu. Terlebih lagi, itu pertama kalinya ia melihat tubuh luar biasa dari orang yang ia idolakan. Johanes Evalist Sudiro. Tapi daripada itu, sepertinya ada yang lebih penting.

 

“Ken, telornya dah dibeli? Buruan bikin puyunghai dong, laper nih gue!” ujar Kun yang girang menghampiri saudari kembarnya, berharap akan telur yang dibeli Ken segera diolah, karena dirinya sudah sangat lapar.

 

“Astaga, telor!!”

 

Ken baru menyadari dirinya habis menjatuhkan selusin telur saat berpapasan dengan Jon tadi. Tapi dirinya tidak mungkin kembali ke warung lagi, karena pasti akan lewat depan rumah Jon. Mana tahu kan kalau mereka akan berpapasan lagi?? Seketika, kilas balik kejadian yang tadi pun terulang. Ukh, gak mau!

 

Sementara itu, Kun yang sudah kelaparan hanya bisa terkapar di lantai. Ayah yang baru pulang, saat membuka pintu mendapati anak laki-lakinya terbujur lemas di lantai langsung panik. “Kun, kamu kenapaaa?!”.

 

 

****

 

Hannah kembali tertidur pulas di atas sofa. Jon langsung melepas kemejanya dengan kasar lalu dibuangnya ke lantai. Ia tidak habis pikir, mengapa harus Ken yang melihat adegan tadi??

 

Bitch! You’ve pissed me off!!

 

Jon langsung menyambar handuk yang menggantung di tepi sofa menuju kamar mandi. “Shit, harusnya tadi gue cegat dulu anaknya! Huh, sial banget sih gue hari iniii aaaa” sesal Jon dalam hati. Dirinya tidak dapat membayangkan jika keesokan harinya kabar tentang Jon yang membawa perempuan ke rumahnya tersebar luas. Citranya sebagai “Darling Nasional” bisa hancur berkeping-keping, ditambah lagi kerja sama yang dia lakukan bersama beberapa perusahan besar dan lembaga amal bisa putus kontrak, bahkan blacklist.

 

“Besok, gue harus ngomong sama dia. Hmm, tapi gimana mulainya?”. Kemudian dia teringat saat dirinya berpapasan dengan Ken, terdengar bunyi barang jatuh seperti telur yang terbentur jalan dan pecah. “Oke, besok kita belanja telor untuk gantiin yang malam ini. Johanes, you’re genius! Muahahahaha” teriaknya di kamar mandi dengan penuh semangat.


 

Bersambung...


You must Register or Login to post a comment